DUCK IN THE LAND, DUCK IN THE WATER
Terkadang kita merenung, faktor apakah sebenarnya yang menentukan kesuksesan
seseorang dalam hidup ini?
Kita pasti sudah sering mendengar, bahkan diindoktrinasi secara keras oleh orang
tua, guru, para senior dan lain-lain, bahwa kesuksesan hidup harus dicapai
dengan kerja keras serta pengorbanan.
Bersakit-sakit lebih dahulu, bersenang-senang kemudian..
Tiada hasil tanpa pengorbanan..
No pain, no gain..
Kalimat-kalimat seperti itu boleh dikatakan sudah menjadi konsumsi kita
sehari-hari. Namun mengapa yang terjadi sejauh ini, seakan tidak pernah selaras
dengannya? Jangankan sukses dan bersenang-senang, untuk mencukupi hidup
sehari-hari pun rasanya sudah setengah mati.
Banyak dari kita sudah belasan bahkan puluhan tahun menjalani kehidupan yang
penuh kesakitan dan pengorbanan ini. Pengorbanan fisik, pengorbanan finansial
atau pun pengorbanan perasaan, tidak kurang-kurang kita berikan demi meraih
kebahagiaan hidup yang kita dambakan beserta keluarga. Hasilnya? Tidak ada yang
signifikan.. semua serasa jalan di tempat saja..
Saya jadi teringat akan petuah seorang guru motivasi yang pernah mengajar saya
pada tahun 1986 dan 1987, lebih dari 20 tahun yang lalu. Beliau orang Singapura,
namanya David Chia. Dalam salah satu sesi pelatihannya, David memperkenalkan
sebuah analogi yang dinamakan “DUCK IN THE LAND, DUCK IN THE WATER” atau “Bebek
Di Atas Tanah, Bebek Di Dalam Air”.
Apa urusan kita dengan bebek?
Bebek merupakan salah satu jenis binatang yang mendapat berkah Tuhan, sehingga
ia bisa berjalan dan berlari di atas tanah, dan dapat pula berenang-renang di
atas air. Namun demikian coba perhatikan, dari dua tempat itu, di manakah bebek
tampak paling bahagia?
David menjelaskan bahwa meski bebek mampu dan tidak bermasalah untuk berkiprah
di atas tanah, namun puncak kebahagiaan hewan ini justru ketika berenang-renang
di atas air. Di atas airlah seekor bebek akan merasa bebas sebebas-bebasnya,
bercengkerama dan berselancar ke sana-ke mari sambil membersihkan bulu-bulu
sayapnya yang indah, dan bersikap seakan seisi dunia menjadi paradiso nan indah
ceria baginya.
Fenomena bebek ini menjadi referensi bahwa banyak orang di antara kita yang
selama bertahun-tahun menjalani kehidupan bagai “DUCK IN THE LAND”, atau bebek
yang berjalan di atas tanah. Kenapa?
Karena mereka telah menjalani pengorbanan yang begitu berat demi membangun
kehidupan, dengan jalan bekerja di bidang-bidang yang tidak disukai. Bekerja di
suatu tempat di mana kreativitas tidak dapat berkembang. Atau bekerja dengan
gaji yang tidak mencukupi, namun tidak pernah berani angkat kaki guna mencari
peluang yang lebih baik. Dan semua itu, dengan penuh penderitaan dijalani selama
bertahun-tahun tanpa henti.
Kenapa mereka seakan tidak pernah berusaha untuk berontak dari keadaan status
quo, guna mencapai keadaan yang lebih berbahagia seperti layaknya “DUCK IN THE
WATER”?
Sebab, mereka belum menyadari bahwa jalan ke arah itu ada. Dan bahwa jalan
bahagia itu tidak perlu ditempuh dengan penuh rasa sakit serta derita. Dan juga
bahwa dunia ini sesungguhnya tidaklah sesuram yag mereka sangka. Tuhan sudah
memberikan komposisi yang sama baik bagi penderitaan, mau pun bagi kebahagiaan.
Dan Dia sudah menyerahkan sepenuhnya kepada manusia, bagian mana yang akan
dipilih. Penderitaankah, atau kebahagian?
Kehidupan memang hanya masalah pilihan..
Nah, lebih lanjut David memberikan penjelasan bahwa untuk sukses menemukan
kebahagiaan, ada sebuah fomula yang mengatakan: “Kesuksesan terjadi pada saat
kekuatan menemukan tempatnya yang sesuai..”! Ini juga yang menjadi analogi:
“DUCK IN THE WATER”.. sebagaimana seekor bebek yang memiliki kekuatan untuk
berenang-renang, bertemu dengan air telaga yang sejuk dan jernih..
Kalau seekor bebek secara naluriah sadar akan kekuatannya dalam hal berenang di
atas air, dapatkah kita menyadari kekuatan apa yang kita miliki agar bisa
mengarahkannya pada situasi lingkungan yang sesuai?
Andaikata pencarian tentang kekuatan apa yang kita miliki terasa sulit, ada
panduan yang mudah. Yaitu, tinggalkan aktivitas kita yang sekarang hanya memberi
penderitaan, dan temukan bidang pekerjaan yang kita sukai. Kalau perlu, jika
kita sekarang seorang karyawan, jadilah usahawan. Perdalam kompetensi kita di
bidang tersebut, cermati munculnya kesempatan, rebut peluang dan jadilah raja di
sana.
Semoga kita semua menjadi “DUCK IN THE WATER”..!
Rusman Hakim
Pengamat Kewirausahaan
Profec’s Entrepreneurial Leadership Center
E-mail: rusman@gacerindo.com
Portal: http://www.gacerindo.com
Blog: http://rusmanhakim.com
Mobile: 0816.144.2792
sumber:
Gacerindo.com