Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki beragam warisan budaya yang sangat kaya dengan nilai-nilai tradisional. Kekayaan budaya ini juga memiliki nilai ekonomis yang bisa dieksplorasi lebih jauh. Salah satu medium yang bisa digunakan untuk menggali nilai ekonomis kekayaan ini adalah melalui peluang usaha waralaba.
Di bidang kuliner, Indonesia memiliki beragam pilihan kuliner mulai dari Mie Aceh, Rendang Padang, Pempek Palembang, Sate Betawi, Gudeg Jogja, Sup Konro Makassar, Ayam Betutu, Bali dan ratusan jenis kuliner lain di nusantara. Indonesia juga memiliki batik dan kain tenun, perawatan kesehatan tradisional, atau sanggar tari dan seni bela diri tradisional.
Kekayaan budaya kita sangatlah luas dan ini merupakan potensi yang sangat layak untuk dikembangkan. Dalam hal seni bela diri, misalnya, kita memiliki silat dari berbagai aliran. “Kita bisa membuka sanggar tari atau silat tradisional melalui sistem waralaba. Saya rasa ini peluang yang masih cukup bagus. Kalau Thailand bisa membawa Muay Thai ke Indonesia, kita juga seharusnya bisa membawa Tari Jaipong atau Saman atau Pencak Silat ke Thailand dan negara lain di Asia, bahkan dunia,” ujar Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Andrew Nugroho.
Industri waralaba, tambah Andrew, merupakan salah satu kontributor dalam memperkuat perekonomian Indonesia. Lebih dari itu, industri waralaba menjadi salah satu langkah strategis guna meningkatkan daya saing bangsa ke pasar internasional. Oleh karena itu, kegiatan International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2018 yang digelar AFI menjadi langkah penting dalam memajukan industri waralaba dalam negeri.
“Karena itu, setiap tahun kita menyelenggarakan konferensi waralaba yang pada tahun ini sudah masuk usia ke-16. Tahun ini, kita menekankan pentingnya inovasi dalam industri waralaba. Inovasi adalah sebuah keniscayaan untuk meningkatkan daya saing industri waralaba ke ranah global,” jelas Andrew. |